Kali ini aku ingin berbagi pengalamanku mengunjungi negara Maroko. Walaupun kunjungan ini bisa dikatakan singkat sekali hanya 4 hari, namun ada saja yang membuat aku terkesan dimanapun aku berkunjung.
Ada kisahnya juga kenapa akhirnya kami (aku dan suami) memutuskan memilih kunjungan yang hanya 4 hari. Aku pernah menceritakan disini bahwa suamiku dan aku 2 pribadi yang berbeda tapi kami sama-sama suka jalan berpergian. Walaupun sama-sama suka jalan tetapi selera jalannya juga berbeda. Suamiku tidak begitu senang berpergian luar negeri, begini alasannya :
- Indonesia masih banyak yang bisa dijelajahi
- Tidak mau meninggalkan rumah terlalu lama
- Ribet urusan administrasi harus menyiapkan paspor dan kadang visa
- Repot harus lewat imigrasi
- Kebanyakan memerlukan budget yang lebih besar dibanding berpergian di Indonesia
- Perlu beli uang asing, boros kena kurs jual beli
- Tidak nyaman duduk di pesawat berjam-jam untuk perjalanan jauh
- Persiapan lebih banyak dibanding pergi di dalam negerti, misal kalau cuaca beda harus menyiapkan perlengkapan yang berbeda
Intinya suamiku lebih senang dengan perjalanan darat yang bisa dijangkau dengan mobil dan bisa bersantai tidak dikejar jadwal pesawat. Padahal kalau bagi aku, hal-hal yang menjadi alasannya tersebut justru menjadi tantangan yang jika kita bisa melewatinya menjadikan perjalanan kita sangat bernilai dan mengesankan. Cukup ya cerita perbedaan, lain kali kita bahas selera jalan.
Bagi aku kalau sudah membayar tiket pesawat mahal dan waktu perjalanan pesawatnya lama, sekalian saja perginya yang lama (lebih dari seminggulah). Sementara suamiku gak mau meninggalkan rumah dan cuti yang terlalu panjang sampai melebihi 2 minggu. Ya sudah, kami berkompromi dan sepakat untuk berpergian 12 hari saja.










Akhirnya kami memilih berpergian ke Maroko dan Andalusia (Spanyol) dengan lama kunjungan 12 hari. Seperti sudah diceritakan diatas, suamiku merasa kunjungan 12 hari tersebut sudah cukup lama, jadi di Maroko 4 hari dan di Spanyol 7 hari. Tujuan tersebut memang sudah masuk keinginan lama kami. Suami mengajak 2 temannya yang sudah biasa jalan bareng. Memilih teman perjalanan ini ada seninya juga, kapan-kapan aku berbagi pengalaman memilih teman perjalanan di postingan lain.
Singkat cerita, aku dan teman suamiku mencari-cari biro perjalanan untuk membantu perjalanan kami. Urusan pilih memilih ini dilakukan oleh ibu-ibu semua, karena bapak-bapaknya percaya saja dan ingin tinggal beres. Setelah kami sepakat dengan biro perjalanan yang dipilih, mulailah kami mempersiapkan keberangkatan. Untuk warga Indonesia yang masuk ke Maroko tidak diperlukan Visa. Jadi teman-teman yang suka berpergian, silahkan memasukkan tujuan Maroko ke target jalan-jalan.
Keinginanku ke benua Afrika mengunjungi Mesir dan Kenya (safari) belum terealisir, malah jadinya pergi ke Maroko negara di benua Afrika juga. Kalau melihat peta, Maroko terletak di benua Afrika di bagian Utara sebelah Barat (asal sebutan Maroko – Maghribi – yaitu negara yang letaknya paling Barat di Benua Afrika). Aku membayangkan lamanya perjalanan kesana (yang biasanya suamiku hindari).. namun yang penting suamiku sudah setuju ikut.
Kami naik pesawat Qatar Airlines yang berarti harus transit di Doha (Qatar). Tidak apa-apalah transit, selama bandaranya nyaman, jadi ingat pengalaman transitku yang ini…. nauzubillah jangan sampai terjadi yang seperti. Benar saja perjalanannya lamaaa sekali…. dari Jakarta ke Doha 8 jam 45 menit, kemudian transit 3 jam, lanjut perjalanan dari Doha ke Casablanca (Maroko) selama 7 jam 40 menit. Bisa dibayangkan, bagaimana suamiku ‘menikmatinya’.
Kami mendarat di bandara Internatonal Mohammed V dan sudah dijemput guide kami bernama Kusnadi, mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah untuk S2. Alhamdulillah, guide kami orang Indonesia, sehingga mempermudah komunikasi. Dari bandara kami langsung menuju kota Marrakesh dimana kami akan menginap. Perjalananan kurang lebih 2,5 jam dengan pemandangan lebih banyak ladang pertanian.
Marrakesh terkenal sebagai kota budaya dan kota turis. Marrakesh sudah berdiri sejak tahun 1070, pendirinya Emir Abu Bakar Ibnu Umar, raja dari kerajaan Almoravid, Maroko Penampilan kota sangat unik dikelilingi tembok berwarna kemerahan, sehingga kadang dijuluki Kota Merah. Ada bagian kota yang merupakan kota tua yang disebut medina, dikelilingi tembok (seperti benteng) dan ini termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Kota Marrakesh terletak di kaki pegunungan Atlas, tempat orang berlibur bermain salju. Suhu pada bulan Desember itu cukup dingin 10-15 derajat. Terlihat dari kejauhan di puncak gunung Atlas, salju tampak cukup tebal. Jadi biarpun ‘image’ benua Afrika itu panas, tapi ternyata di Maroko cukup dingin pada musim dingin dan bersalju pula di daerah pegunungan. Selain pegunungan bersalju Atlas, Maroko juga mempunyai gurun yaitu Gurun Sahara. Jadi Gurun Sahara memang melintasi beberapa negara termasuk Maroko.
Di Marrakesh kami mengunjungi tempat-tempat indah bersejarah yang biasa dikunjungi oleh turis yaitu Bahia Palace, Masjid Kutubia, Jamaa El Fnaa. Kami juga diajak melihat toko rempah Spice Pharmacy di Old Medina.
Bahia Palace dibangun oleh pejabat negara (Vizier) Si Moussa di Marrakesh pada tahun 1860an. Istana tersebut juga menjadi tempat kediaman Vizier sebelum diambil alih oleh pemerintah sehingga menjadi tempat bersejarah. Banyak spot foto unik dan antik di istana tersebut, begitupun dengan taman-tamannya. Aku banyak mengambil foto di kameraku yang raib bersama tas saat aku kecurian di Granada (Spanyol) Foto-foto yang masih terselamatkan, yang aku foto dengan handphone. Walaupun handphone juga termasuk yang hilang, akun ‘google’ku secara otomatis mem’back-up’ semua foto yang aku ambil.
Kami juga mengunjungi masjid Kutubia, masjid kuno yang dibangun tahun 1147. Masjid antik ini mempunyai 1 menara. Disamping masjid ada taman dan air mancur yang menyejukkan. Pada sore hari kami berkunjung ke Jamaa El Fnaa, seperti alun-alun di negara kita tempat pusat kegiatan budaya, ekonomi. Ada pertunjukan seni dan sirkus, ada pedagang hasil-hasil kerajinan, makanan dan minuman khas Maroko. Turis selalu mampir ke Jamaa El Fnaa jika ke Marakesh untuk merasakan geliat kegiatan warga setempat
Di Marakesh, jangan lewatkan untuk mencoba jus jeruk segar. Jusnya benar-benar segar tanpa campuran air ataupun gula, rasanya manis-manis asam. Harganya lumayan murah, sekitar 15 ribu rupiah, padahal disajikan di gelas besar. Aku tidak cukup membeli 1 gelas…. kalau perut sanggup, ingin menambah terus. Di hotel juga selalu disajikan jus jeruk segar. Rupanya Maroko memang terkenal sebagai penghasil jeruk. Selain itu ada juga jus yang tidak kalah segar disana, jus delima. Buah delimanya besar-besar berwarna merah merona, rasanya manis asam. Delimanya tidak berasa asam sepet seperti delima di Indonesia.
Makanan khas Maroko yang harus dicoba adalah tajin… yaitu daging/ayam/ikan dan sayuran dimasak dengan aneka bumbu timur tengah di dalam panci dari tanah liat dengan tutup kerucut. Cara memasaknya dikukus, sehingga air kukusan yang terkumpul ditutup kerucut kembali ke masakan lagi, sehingga menjadi kuah dan membuat rasa masakan sangat empuk (juicy) dan menyerap bumbu. Aku suka sekali rasanya karena aku penggemar makanan yang dikukus. Harganya lumayan mahal karena bahan serta bumbunya lengkap dan pembuatannya cukup memakan waktu. Selain itu pastry, roti-roti dan kue-kue di Maroko, lezat -lezat dengan penampilan yang memikat. Kata guide kami, karena Maroko jajahan Perancis, kuliner dan cara memasak serta menghidangkan makanan terpengaruh gaya Perancis yang terkenal dalam urusan kuliner.







Cendera mata khas Maroko yang banyak aku temukan adalah karpet dan hambal dengan motif khas, kerajinan kulit, bumbu-bumbu dan herbal khas Afrika dan Timur Tengah.
Satu hal lagi yang terkenal dihasilkan Maroko adalah Argan Oil (Minyak Argan). Argan oil dibuat dari ektrak biji pohon Argan yang hanya tumbuh di Maroko. Argan oil dimanfaatkan untuk kecantikan dan pengobatan. Untuk kecantikan bisa melembabkan kulit, membuat kulit kencang dan awet muda, menyuburkan rambut dll. Untuk pengobatan bisa membasmi jerawat, eksim dll. Menurut penelitian Argan oil banyak mengandung vitamin A dan E, asam lemak omega 6, asam linoleat dll. Kami mengunjungi Spice Pharmacy of old medina yang memproduksi Argan Oil dan produk-produknya. Harganya… wow lumayan mahal, sebanding dengan manfaatnya menurut orang-orang yang sudah mencobanya.
Di Maroko kami juga menginap semalam di kota Rabat, ibukota negara Maroko. Suasana Rabat seperti ibukota umumnya banyak perkantoran. Yang istimewa di Rabat ada jalan bernama jalan Sukarno, jalan Jakarta, jalan Bandung karena kedekatan hubungan antar negara sesama negara dunia ketiga dan negara Islam. Rue (jalan) Sukarno, adalah jalan yang ramai dilintasi kendaraan, tapi turis Indonesia selalu berusaha menyempatkan diri berfoto di jalan itu begitupun aku.
Tempat- tempat yang kami kunjungi di Rabat yaitu Qasbah Oudayas, Hassan Tower, Mausoleum Muhammad V. Qasbah Oudayas bangunan yang dulunya berfungsi antara lain sebagai benteng, tempat ibadah, tempat tinggal. Saat ini menjadi musium yang antik dengan tembok berwarna kemerahan. Hassan Tower bangunan yang sejatinya dibangun sebagai menara masjid terbesar di dunia. Namun menara tidak jadi terselesaikan karena pencetus awal yaitu Sultan Yakub Al Mansur meninggal pada tahun 1199 (4 tahun setelah pembangunan dimulai). Sisa-sisa bangunan saat ini termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Mausoleum Muhammad V adalah tempat pemakaman Sultan Mohammed V, Raja Hasan II dan Pangeran Abdallah. Lokasinya berdekatan dengan Hassan Tower, jadi kami bisa berjalan kaki dari Hassan Tower.
Kami juga mengunjungi Masjid Hassan II di kota Casablanca. Kota Casablanca dikenal sebagai kota bisnis dan punya ‘sister city’ di Indonesia yaitu Jakarta. Ini persaudaraan yang tidak mempunyai kemiripan, namun karena adanya hubungan baik antara negara Maroko dengan Indonesia. Sebagai ‘sister city’, Jakarta menamakan satu jalan utama di daerah kuningan, dengan nama Casablanca.
Kami sempat sholat di Masjid Hassan II. Masjid ini sangat luas dengan interior yang menawan. Setelah selesai sholat, aku tak puas-puas memandang atap dan dinding masjid berupa kayu dan marmer yang diukir. Letak masjid ini juga sangat strategis, dipinggir Samudra Atlantik. Negara Maroko berbatasan dengan 2 laut/samudra yang sangat terkenal yaitu Samudra Atlantik dan Laut Mediterrania (Laut Tengah). Jadi kita bisa memandang Samudra Atlantik dari masjid.
Hari terakhir kami bersiap ke Tangier, daerah dimana pelabuhan berada, untuk naik ferry menyeberangi selat Gilbraltar menuju negara Spanyol.
Kunjungan 4 hari yang berkesan walaupun terasa singkat. Rasanya jika ada kesempatan, umur, Insya Allah aku ingin mengunjungi negara ini lagi berkunjung ke tempat yang belum sempat dikunjungi seperti kota Fez, kota Chefchaouen, Ait-Ben-Haddou, Merzouga (gurun Sahara), dll dan juga mencoba Al-Boraq kereta ‘bullet train’ di Maroko.
#Maroko
Senengya bisa jalan-jalan ke negeri orang, pengen juga sih… tapi aku mah apa atuh..
@herbalidoc.com, semangat yaa, jalan-jalan kemana aja menyenangkan dan bisa dilakukan siapapun….