Aku pernah cerita
disini bahwa keluargaku sangat suka dengan binatang piaraan. Piaraan yang ada saat ini kucing, kelinci, burung kakatua, kura-kura, ular, ikan arowana, ikan koi, burung cucakrawa.
Si ular juga pernah aku ceritakan disini. Kali ini aku ingin berbagi cerita mengenai kura-kura kami yang bernama Tutul. Tutul ini termasuk piaraan kami yang awet. Aku membelinya tahun 1997 di sebuah pet shop di Blok M. Suatu hari aku sekeluarga mampir ke pet shop, yang berada di dalam mall yang sedang kami kunjungi. Hani tertarik dengan dengan aneka kura-kura dan ujung-ujungnya minta dibelikan. Hani memilih kura-kura darat yang berasal dari Sulawesi (kura kura Forsteni atau disering disebut Baning Sulawesi) dengan ukuran sedang. Ukuran cangkangnya kurang lebih 20×15 cm. Akhirnya kami resmi membeli kura-kura tersebut setelah mendengar penjelasan si penjual bahwa perawatannya lumayan mudah. Sampai saat ini Tutul sudah selama 23 tahun menjadi binatang piaraan kami.
Hani memberi nama kura-kura itu Tutul karena corak cangkangnya bertotol-totol. Di rumah kami, Tutul berdiam di halaman samping dekat pepohonan. Binatang peliharaan kami silih berganti (karena mati), namun Tutul tetap bertahan lumayan baik-baik saja tanpa ada penyakit. Namun ukurannya tidak berubah semenjak kami beli dulu, entah karena makanannya kurang cocok untuk menumbuhkan badan atau memang ukuran maksimalnya hanya begitu. Aku belum pernah benar-benar mencari tau penyebabnya.
Tahun 2014, rumah kami dibetulkan karena ada beberapa bagian yang sudah rapuh dan rusak. Di halaman samping banyak diletakkan bahan bangunan sehingga orang tukangpun sering bolak balik ke halaman samping. Mungkin karena Tutul merasa terganggu dengan keramaian itu, dia mulai sering masuk ke dalam rumah. Kadang tidur di dapur, kadang di ruang makan. Kami tidak terganggu dengan kehadirannya dan Tutul seperti penghuni rumah lainnya, seringkali mondar mandir di dalam rumah.
Walaupun tampak lamban dan lelet kala berjalan, ternyata Tutul bisa juga gesit mengganggu kucing. Keisengannya ini baru terasa, setelah dia banyak bermain di dalam rumah. Tutul seringkali ‘mengejar’ dan mendekati kucing-kucing kami dengan tujuan tidak jelas. Kucing-kucing risih didekati Tutul dan biasanya segera menghindar. Ada lagi gangguan Tutul, dia seringkali ikut makan makanan kucing, membuat para kucing terganggu karena menambah persaingan. Sebenarnya kura-kura sejenis Tutul makanan utamanya adalah buah dan sayur namun belakangan dia mau juga makan pelet makanan kucing (yang terbuat dari daging).
Bukan kucing saja yang kadang terganggu dengan ulah Tutul, tapi kamipun diganggu juga. Tutul memilih manusia sasarannya secara random, entah mengapa aku dan asisten rumah tanggaku (mba Sini) kerap menjadi sasaran. Dia sering tiba-tiba saja mengejar kaki dan kemudian menggigit jari kaki. Tentu saja mengesalkan, karena membuat kaget dan lumayan sakit seperti luka terjepit. Paruhnya yang melekuk seperti paruh burung kakatua, cukup tajam kalau menggigit. Mba Sini sudah kapok digigit Tutul, jadi dia awas dan hati-hati jika Tutul tiba-tiba mendekati. Akupun seringkali dikejar Tutul juga dan begitu mulutnya dekat jari kakiku, siap menggigit aku segera menghindar. Aku sudah 3 kali digigit Tutul dan setiap kali aku selalu kaget.
Aku heran kenapa baru sekarang Tutul menggigit manusia dan kenapa hanya orang-orang tertentu. Anak-anakku mengambil kesimpulan asal, kata mereka karena Tutul sudah semakin tua sehingga menjadi lebih sensitif. Kesimpuan lain, Tutul hanya suka menggigit ibu-ibu karena bau dapur dan makanan. Hahaha benar-benar kesimpulan yang tidak ilmiah. Yang jelas, kalau melihat Tutul berjalan-jalan di dalam rumah, radar di kepalaku dan mba Sini langsung bekerja, siap-siap menghindar. Aku kadang memakai sandal tertutup agar kakiku tidak dapat digigit.
Binatang piaraan yang menyenangkan adalah yang bisa diajak bermain. Tutul bukan jenis binatang seperti itu, dia seperti tidak mengenal kami. Kami kadang ingin juga berinteraksi dengan Tutul, jadi kami sodorkan dan suap makanannya dengan tangan, dengan tetap awas karena kuatir tidak sengaja tergigit. Beberapa kali juga anakku menghalangi Tutul kala sedang berjalan. Tutul bisa juga marah kalau diganggu-ganggu dengan menggigit ataupun marah ala kura-kura. Menurut aku gaya marahnya kura-kura ini sama sekali tidak menakutkan malah cenderung menggelikan. Jadi kalau dia marah terhadap sesuatu, dia menghadap benda/orang itu, kemudian dia memasukkan kepala ke cangkang dan menarik mundur badannya (kami menyebutnya ‘atret’) lantas kepalanya keluar mendadak dan menabrak sasaran sampai berbunyi ‘duk’. Bisa dikatakan seperti gerakan menyeruduk dan biasanya dilakukan berulang-ulang bertujuan mengancam sesuatu yang mengganggunya. Yang jelas, kami sama sekali tidak merasa terancam dengan serudukannya itu. Gerakan menyeruduk ini unik dan lucu. Ini
link youtube kura-kura menyeruduk, kalau teman-teman penasaran ingin melihat kelucuannya.
Begitulah pengalaman kami memelihara kura-kura. Memang merawatnya tidak sulit, namun kura-kura kami kurang bisa diajak bermain, hanya bisa dilihat-lihat. Sekali-kali tingkahnya mengganggu kucing juga menghibur (parah ya, terhibur diatas penderitaan kucing).
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait