Sebagai penduduk negara tropis 2 musim, wajar jika aku tertarik mengunjungi negara 4 musim, terutama pada saat musim yang tidak pernah ada di negaraku seperti musim gugur. Aku pencinta alam sehingga melihat-lihat alam juga kegiatan favoritku. Aku ingin sekali melihat warna daun-daun pada musim gugur.
Suatu hari, Yanti, temanku sesama penggemar jalan, mengajakku untuk ikut pergi ke Jepang. Sebenarnya Jepang bukan target jalan-jalanku karena untuk tujuan luar negeri, aku senang yang lebih antik seperti China dan Mesir. Tentunya dengan budget jalan-jalan yang terbatas, aku mengincar berpergian ke tempat idaman. Aku perlu beberapa waktu berpikir untuk menerima tawaran ini.
Aku mencari info mengenai Jepang dari teman-temanku yang tinggal di Jepang maupun yang sering berpergian ke Jepang. Dari hasil riset kecil-kecilanku, aku akan menikmati jika jalan-jalan ke Jepang di saat musim gugur dan musim semi. Aku akan melihat pemandangan luar biasa indah pada musim-musim itu selain bisa melihat destinasi di Jepang yang sudah populer.
Setelah menimbang-nimbang, aku memutuskan untuk ikut pergi ke Jepang di musim gugur. Ternyata warga Jepang sendiripun, menyukai musim gugur karena keindahan warna warni daun. Proses perubahan warna daun menjadi kemerahan, kuning, jingga saat musim gugur dikenal dengan sebutan ‘momiji’. Jepang menyediakan perkiraan kapan dan dimana momiji berada, biasanya di daerah yang letaknya lebih utara muncul momiji lebih awal dan berlanjut ke wilayah selatan.
Kami pergi berdelapan dan dari semua peserta hanya 3 orang yang belum pernah sama sekali ke Jepang termasuk aku. Yang pernah pergi ke negara saat musim gugur , ada 4 orang (sudah pasti tidak termasuk aku). Jadi kemungkinan aku peserta yang paling bersemangat karena pengalaman pertama semua. Kami pergi tidak memakai jasa tour, temanku yang mengajak aku yang akan memandu dan bertindak sebagai tour leader, berhubung dia sudah berkali-kali ke Jepang dan membawa rombongan juga. Tentunya kami membayar jasa layanannya karena kami dibantu mencari serta memesan tiket pesawat, kereta, penginapan dan nantinya menjadi pemandu perjalanan kami.
Alhamdulillah, segala persiapan cukup mudah dan lancar. Kami mengurus visa sendiri dan menurut pengalamanku mudah selama kita mengikuti ketentuan yang berlaku. Tidak terasa sampailah di hari keberangkatan. Kami terbang ke Tokyo dan menyambung dengan penerbangan lokal ke kota Toyama.
Cuaca di musim gugur (bulan November) lumayan dingin, sekitar 10 – 15 derajat Cecius. Namun cuaca dingin tidak mengurangi semangat untuk melihat-lihat. Aku termasuk pejalan yang tidak mau ‘rugi’, berusaha memaksimalkan jumlah destinasi yang dituju dan mengeksplorasi serta melihat destinasi selengkap mungkin. Sederhana saja pikiranku, aku belum tentu bisa berkunjung lagi kesitu, so manfaatkanlah waktu kunjunganmu sebaik-baiknya.
Seperti cerita di awal tadi, aku juga punya misi pribadi melihat pohon dan dedaunan musim gugur sebanyak mungkin. Jadi selama di kereta dan di bis, aku sangat menikmati pemandangan tempat-tempat yang penuh dengan momiji dan berharap sempat mampir ke lokasi itu. Tentunya tidak mungkin semua keinginan tersebut terpenuhi. Kami sudah punya daftar kunjungan yang disepakati di awal.
Destinasi perjalan ke Jepang, masih seperti perjalanan ke Jepang yang biasa dilakukan wisatawan lain. Maklum ada peserta yang baru pertama ke Jepang seperti aku, jadi destinasi mainstream wajib ada. Kota yang dikunjungi Tokyo, Osaka, Kyoto, Toyama.
Di Toyama, aku tidak melihat banyak momiji, hanya beberapa pohon ginko berdaun kuning. Hari berikutnya kami naik bis ke desa tradisional Shirakawago. Desa ini terkenal dengan rumah tradisional beratap sejenis jerami (gasso) yang masih terjaga. Pemandangan desa ini lebih cantik di musim dingin dengan saljunya yang menutupi atap rumah, begitu kata pemandu dan info di website. Bagaimana perburuan momijiku… ternyata tidak mengecewakan karena aku banyak menemukan pohon maple berdaun kuning ataupun merah. Cantik sekali.
Selain ke Shirakawago, dari Toyama kami juga memulai perjalanan ke kota kecil Unazaki Onsen dan Minoo Park. Di destinasi ini, aku melihat banysk momiji. Aku puas cuci mata melebihi harapan. Kalau melihat jarak jalan kaki yang kutempuh, luar biasa jauhnya, yang mana gak mungkin aku lakukan kalau tidak sedang jalan-jalan di luar kota. Namun kebahagian melihat-lihat pemandangan melebihi rasa letih.
Hari selanjutnya kami ke Osaka dan berlanjut Kyoto. Di Osaka Castle, aku menemukan pohon ginko berdaun hijau pupus cantik. Walaupun menurut temanku tidak selebat saat dia berkunjung sebelumnya (karena daunnya sudah trondol banyak yang gugur), namun aku tetap kagum dengan kesegaran warnanya. Beginilah pencinta pohon, melihat pohon berdaun warna ‘menor’, langsung mata tak lepas memandang.
Meski aku punya perhatian khusus terhadap momiji, tapi eksplorasi destinasi tetap kulakukan dengan telaten…. gak mau rugi kan…😀
Keluar apartemen dari pagi, baru kembali ke apartemen malam hari. Kalau lagi eforia berwisata begini, rasa lelah pegal terlupakan deh… lebih banyak rasa semangatnya.
Kami ke Kyoto naik kereta cepat Shinkasen. Walaupun ada insiden terlewat turun di stasiun Kyoto yang membuat waktu perjalanan bertambah, tapi kami menikmati juga kota Kyoto yang antik dan cantik. Inginnya menginap di Kyoto, karena kotanya berasa Jepang tradisional, tetapi ternyata biaya penginapan dll di Kyoto lebih mahal dibanding Osaka. Yang penting, jangan melewatkan kota Kyoto, untuk mendapat ‘feel’ Jepang.
Perjalanan kami berlanjut ke kota Tokyo. Kami akan menginap cukup lama di Tokyo. Banyak destinasi yang perjalanannya dimulai dari Tokyo. Kami sepakat dengan pilihan destinasi dan rute dari tour leader karena dia sudah berpengalaman dan mengetahui pilihan yang efektif dan efisien.
Di Osaka kami sering kelabakan dengan stasiun kereta yang amat sangat ramai terutama jam kantor dan di Tokyo lebih parah lagi ramainya. Hebat transportasi umum kereta apinya, sangat bisa diandalkan sehingga mayoritas warga memilih untuk menggunakan kereta sebagai sarana transportasi. Aku sarankan yang berpergian ke Jepang, manfaatkanlah transportasi kereta api tersebut, selain sangat bisa diandalkan dan biaya sesuai dengan manfaat, kita juga bisa merasakan menjadi warga lokal…. seruu.
Dari Tokyo kami pergi ke destinasi Mount Fuji, Karuizawa dan Yokohama. Untuk melihat-lihat destinasi di kota Tokyo sendiri, tidak cukup dalam waktu sehari. Ada juga destinasi tempat shopping karena di rombongan kami ada yang suka. Aku juga ikut melihat-lihat toko, yang aku beli hanya sebatas cendera mata karena aku bukan yang hobi belanja dan tambahan lagi budgetku terbatas.
Pukul rata, destinasi yang kami tuju cantik dan aku paling suka gunung Fuji. Walaupun tidak bisa naik ke level 5 apalagi ke puncaknya (hanya bisa di musim panas), tapi aku si penggemar alam ini, menikmati sekali pemandangan gunung berbentuk simetris dengan salju di puncaknya. Alhamdulillah saat aku ke sana, langit cerah awan tipis tidak berkabut, jadi gunung Fuji terlihat jelas. Di danau Kawaguchiko (sekitar gunung Fuji), banyak sekali momiji… yeaaay daun-daun kuning, jingga merah sangat indah.
Melihat-lihat destinasi lain, aku sambi juga dengan mencari momiji (tetap). Bahkan di dekat persimpangan Shibuya (Shibuya Crossing) yang super ramai itu, aku masih sempat berfoto dekat pohon ginko berdaun hijau pupus…. diantara keramaian masih mencari momiji. Kebanyakan orang melihat-lihat toko dan belanja disini, bukan mencari momiji😀.
Begitulah pengalamanku berwisata ke Jepang di musim gugur dengan tambahan ‘misi’ berburu momiji. Setelah 14 hari memuaskan diri , melihat-lihat, mencuci mata, melangkahkan kaki, turun naik kereta di Jepang…. tibalah waktu pulang ke Jakarta.
Sebenarnya ada pengalaman dan hal unik berkesan yang aku alami selama aku di Jepang seperti pengalaman naik kereta, aneka vending machine, toilet rapi. Mungkin akan aku ceritakan di postingan lain.
#jalanjalanjepangmusimgugur
#berburumomiji
Kalau aku, justru musim gugur aku paling suka dibandingkan dengan musim semi. Pengalaman berkunjung pada puncak musim gugur di Kyoto itu wah banget… Bener-bener mata itu jelalatan liat-liat semuanya… cantik-cantik siih…
By the way, salam kenal yaa…
Begitu ya mba Riyanti…memang indah sih pemandangan musim gugur. Walaupun aku masih penasaran juga melihat musim semi😀.
Terima kasih mba, dah mampir disini.
Blog mba keren, begitu juga foto2nya… aku sempat liat2..