Aku sampai cukup awal di Panti Cacat Tuna Ganda hari itu……aku dan suamiku dipersilahkan masuk oleh ibu pengurus panti. Aku menahan nafas…..membayangkan seperti apa teman-teman penghuni panti ini. Apakah kondisi mereka sangat menyedihkan……. kuatkah aku melihat mereka….. apakah mereka bersedia aku datangi ataukah aku akan ditolak mereka…..
Tidak terbayang sama sekali dipikiranku, seberapa parahkah cacat mereka. Karena mendengar nama cacat tuna ganda, yang terbayang dalam pikiranku, cacat yang parah dan tidak bisa mengerjakan apa-apa lagi. Untunglah ibu perawat menemaniku, sehingga aku bisa bertanya-tanya mengenai keadaan mereka dan mengurangi kegalauan pikiranku. Aku disambut oleh seorang penghuni panti, yang menurut ibu perawat, sudah bisa mandiri dan bisa membantu sedikit-sedikit menjaga penghuni panti lainnya…….subhanallah.
Rupanya yang dimaksud dengan cacat ganda itu adalah cacat fisik sekaligus juga cacat otak. Jadi mereka rata-rata sulit atau tidak bisa berjalan dan tidak bisa berkomunikasi. Ya Allah……..Engkau maha mengetahui, untuk apa mereka ada…..sedangkan pengetahuanku sangat terbatas, sehingga terbesit dalam pikiranku untuk apa mereka diciptakan……ampuni aku ya Allah…..dengan pikiranku yang picik ini.
Aku berkeliling melihat teman-teman penghuni panti. Dadaku sesak, mulutku kelu melihat kondisi mereka. Terbayang betapa sulitnya mereka menjalani kehidupan ini, karena selalu bergantung kepada orang lain. Tapi siapa yang mengira, setiap saat mungkin kita akan mengalami hal yang sama karena tertimpa kecelakaan atau anak dan suadara kita lahir seperti ini. Allah Maha Kuasa, Dia memberi yang terbaik untuk kita, kita yang bodoh sering menganggapnya tidak baik. Alhamdulillah ya Allah, kondisiku saat ini aku rasakan lebih baik dibandingkan mereka……sungguh saat ini aku merasa kurang sekali rasa syukurku atas nikmatmu ya Allah… Astaghfirullah….Astaghfirullah……Alhamdulillah.
Usia penghuni panti ada yang 41 tahun, dan dia hanya bisa berbaring. Banyak juga penghuni lainnya yang berusia belasan tahun. Penghuni panti ini hanya akan berkurang bila mana keluarga mengambil mereka kembali karena akan diurus sendiri (yang mana sangat jarang terjadi) atau penghuni panti itu meninggal dunia. Jadi bisa dikatakan mereka menghuni panti seumur hidup……… Sebagian besar penghuni panti ini, sudah ditinggalkan oleh keluarganya ataupun tidak memiliki keluarga sama sekali.
Sambil menatap mereka, aku sedikit melamun……apakah sebetulnya mereka lebih beruntung dari aku…. Karena surga dijamin buat mereka yang cacat pikiran…….sementara surgaku masih jauh….karena amal ibadahku yang minim. Walaupun mereka susah di dunia ini…mungkin di akhirat nanti mereka bisa merasakan kebahagiaan……..itu rahasiamu ya Allah.
Tak disangka, aku mendapat teman baru di panti tersebut, dia salah satu penghuni panti yang sudah agak mandiri dan bisa sedikit berkomunikasi dengan bahasa tubuh. Ya….dia Yunas, yang mengantarkan aku keliling panti. Sambil menggandeng tanganku, berulang kali ia menunjuk dada kirinya, dimana terdapat tulisan ‘Yunas’ di kaosnya……seakan-akan ia mengingatkan aku, ‘ini aku….namaku Yunas’…. Dan Yunas mengenalkan aku ke temannya yang bernama Dimas…penghuni panti yang autis. Perkenalan inipun dilakukannya berulang-ulang…….Masya Allah, betapa sabarnya ibu-ibu pengasuh mereka. Aku si kurang sabar ini saja, mulai bosan dengan pengulangan-pengulangan yang dilakukan Yunas (maafkan aku, Yunas). Pantaslah kalau kita berbagi kebahagiaan dengan ibu-ibu pengasuh yang bisa sabar dan telaten mengurus penghuni panti.
Menarik sekali, melihat ruang belajar dipanti, dengan segala keterbatasan mereka, pembimbing tetap memberi pengetahuan sesuai dengan kemampuan mereka. Yunaspun menunjukkan tempat duduknya dan tempat duduk Dimas di kelas. Tak lupa juga ia menunjukkan, mainan yang biasa dimainkannya di kelas dan juga lagi-lagi mainan Dimas. Semua komunikasi ini terjadi dengan bahasa tubuh, karena Yunas tidak bisa berbicara, hanya bisa menyebut ‘Ma’ untuk memanggil temannya Dimas.
Aku juga ditunjukkan foto-foto di dinding dekat tempat tidurnya dan didalam album yang entah siapa yang menyiapkan. Aku tak ingin cepat-cepat meninggalkanmu Yunas, namun acara masih banyak menunggu…..sekali lagi aku minta maaf padamu karena harus segera meninggalkan. Entah apa yang ada di pikiran Yunas, ketika aku melepaskan pegangan tangannya dan aku melambai padanya sambil menunjukkan jempol kepadanya.
Aku sama sekali tidak tahu apakah mereka mempunyai perasaan sedih, marah atau gembira. Tapi yang aku dengar dari ibu pengasuh, penghuni panti sering berubah ‘mood’ juga. Kalau ‘mood’nya sedang buruk, Yunas akan diam saja dan tidak berminat mengantar tamu. Alhamdulillah, aku mendapat kesempatan mendapat mood bagus Yunas sehingga mau ‘berkomunikasi’ denganku.
Setelah acara resmi sambutan dan penyerahan bingkisan, kami diberi kesempatan sekali lagi untuk berkeliling panti. Dan disitulah aku bertemu Yunas lagi, yang sebelumnya sudah ditemani oleh Dwi (teman mp), begitu melihatku sendiri, ia menggandengku lagi. Suamiku yang melihat Yunas menarik aku, tersenyum jail dan berkomentar ‘silahkan bunda jalan-jalan dengan Yunas, sungguh aku gak cemburu’.
Aku sempat keliling panti dua kali lagi, sebelum aku benar-benar meninggalkan Yunas dan teman-teman. Selamat tinggal Yunas yang ramah dan baik…..semoga Allah memudahkan hidupmu di dunia ini dan aku bersyukur mengenalmu dan teman-temanmu, karena aku jadi diingatkan betapa kurang bersyukurnya aku atas nikmat-nikmat yang Allah berikan. Aku yakin banyak hikmah dan pelajaran yang kudapat dari kunjungan ke panti dan acara bakti sosial ini.
Oleh-oleh bakti sosial 2009