Balada si Ular

Aku merasa binatang peliharaan di rumah kami sudah banyak banget. Aku pernah cerita disini aneka piaraan kami. Memang itu sudah keputusan bersama, mengajarkan anak-anak bertanggung jawab atas hewan piaraan masing-masing selain memang kami pencinta binatang. Tapi itu lo, lama-lama kok repot juga sih. Dari ceritaku yang dulu itu, kami sudah punya tambahan lagi 2 kodok pacman dan 2 gecko (alias tokek). Hiiii, kata temen-temen yang datang ke rumah kami, kayak kebun binatang amatiran, untung gak ada binatang buas….

Dilalah, pada suatu ketika, entah dapat ilham dari mana, anakku Ario ingin sekali memelihara ular. Ario sudah mengumpulkan berbagai buku bacaan miliknya yang menyatakan bahwa ular-ular tertentu aman untuk dipelihara. Keinginannya ini diback-up pula oleh sang ayah, mba Hani si sulung ikut mendukung. Tinggal si bungsu Arin yang abstain, tapi terus dipengaruhi kakak-kakaknya untuk ikut mendukung. Bukan apa-apa, aku merasa piaran kami sudah kebanyakan, repot….tau sendiri melihara mahluk hidup kayak begitu perlu diberi makan teratur, dimandiin, dibersihkan kotorannya, terus butuh kasih sayang juga, kalau gak persis kayak orang stress , penyakitan dan bau, mati segan hidup tak mau.

Selain itu, sebenarnya ini alasan utama…….ular itu kesannya seram, buas, jijaj, geli dll. Aku sendiri  gak takut kalau memang jinak, tapi ya itu, tamu, saudara, teman yang berkunjung bisa ketakutan kan banyak orang yang ngeri melihat ular…. Ibu mertuaku, salah satu orang yang paling takut dengan ular, melihat gambarnya di TV saja, sudah pingin kabur…….’geloooo aku’…kata beliau. Tapi tetep saja sang anak alias suamiku bergeming ingin membelikan anaknya ular. Warna dan motifnya keren bun (bunda/aku), ada yang dasarnya kuning dengan loreng hitam, hmm indah bener….kata suamiku ke aku. Motif seperti apapun, tetep aja ular, pikirku.

Once upon a time setelah rayuan pembelian ular dilancarkan ke aku tetapi tidak berhasil, anak dan suamiku mengantarkan eyang (mertaku) ke Yogya. Sekembalinya  mereka dari Yogya, aku merasa ayah dan Ario menjadi ramah dan baik hati, murah senyum dan selalu berusaha menyenangkanku. Ternyata oh ternyata, ada udang dibalik bakwan, mereka sudah membeli ular jenis piton yang ukurannya kecil (diameter 2 cm)…..tanpa sepengetahuanku…fait accompli nih….. Mengharap aku jatuh kasihan. Yoweslah, aku terima juga peliharaan baru, dengan berbagai syarat….

Ternyata, tidak cukup satu, sebulan kemudian datang lagi (maksudnya dibeli lagi), ular baru yang lebih besar dengan motif sesuai gambaran suamiku……..aduh dikasih hati kok keterusan……walaupun diam-diam aku senang juga melihat penampilannya yang anggun. Luluh juga hatiku, melihat sekeluarga senang melihat anggota baru. Ario sibuk menjelaskan ke aku jenis apa ularnya dan bagaimana penurutnya dia. Tambah pula kesibukan baru, mencari tikus putih atau hamster yang kecil untuk makanannya…. ampun deh.

Kalau wiken, ular tersebut digendong oleh anakku, untuk dijemur di matahari. Ini dilakukannya di taman depan rumah kami, bisa dibayangkan, oleh penduduk sekitar, ular dan anakku menjadi tontonan layaknya penari ular. Waktu aku arisan, bertemu dengan bu Nina, bendahara RT,  bertanya ‘Tria, denger-denger anakmu melihara ular ya, gak serem tuh. Sudah dikurung dengan benar kan, jangan sampai lepas lo’. ‘Hehe bu Nina, kalau lolos gak jauh-jauh kok, paling mau kenalan dengan tetangga’, kataku.

Ular yang lebih besar, suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh. Pernah suamiku lupa mengunci kandangnya dan menghilanglah dia. Akhirnya ditemukannya di lemari bukuku, asik melingkar di buku seri tafsir Quranku….kurang ajar dia…..itu kan termasuk buku suciku.

Rupanya suamiku sering amnesia dalam mengurus piaraan, lupa mengunci kandang lagi. Hilanglah dengan sukses si ular….dan kali ini dia juga sudah bosan dengan buku tafsirku. Seisi rumah selain aku termasuk supir, satpam kompleks dikerahkan untuk mencari. Hasilnya nol. Perasaanku bingung antara senang tapi kasihan melihat Ario bermuram durja. Aku gak mau menawarkan ular baru, cukup 1 ular kecil yang sudah ada saja.

Baru saja aku pulang kantor,  aku disambut suamiku ‘bun, ularnya sudah ditemukan’. ‘Hah, dimana, jadi 2 minggu hilang, masih bisa ditemukan, ajaib juga’. ‘Itu, sudah dikandangin’ kata suamiku. Aku melihat dari kejauhan, tapi kenapa warnanya berubah ya agak hijau gelap dan lorengnya gak jelas lagi. Dengan bloonnya aku bertanya ‘kenapa warnanya beda ya yah, kok lorengnya jadi hilang, jadi agak jelek nih’. ‘Dia baru ganti kulit….di barito’ jawab suamiku dengan muka tanpa dosa. Sadarlah aku kalau aku tertipu, ternyata ini ular baru yang dibeli di jalan barito juga…..ooooooh ular baru…..what can I do now???

Ini gambarku dan si ular

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s