Bekerja di rumah sendiri tanpa asisten selama seminggu ini, membuat suamiku berpikir bahwa aku capek secara fisik dan merasa bosan di rumah. Kenyataannya aku sangat menikmati menjadi pengurus rumah tanggaku sendiri. Bisa jadi, karena sehari-hari aku banyak di luar rumah atau karena aku bukan orang yang ahli dalam urusan rumah tangga terutama masak memasak sehingga aku merasa ‘excited’ dan tertantang untuk menyelesaikannya. Apapun sebabnya, aku rasa tidak begitu penting untuk dibahas, yang penting aku menjalankannya dengan senang hati.
Di rumah aku tidak perlu atau jarang menghadapi orang yang menyebalkan, tidak juga menghadapi politik kantor yang sering kali membuat stress. Semenyebalkannya anak sendiri, tetap saja mereka ‘flesh & blood’ kita, yang artinya kita tetap memperjuangkan mereka dalam keadaan apapun. Politik rumah juga tidak ada, wong penguasanya suamiku dan aku, ya tidak ada yang berusaha menjatuhkan kami.
Pertanyaan selanjutnya kenapa juga aku masih bekerja di luar rumah kalau jadi ibu rumah tangga mengasikkan. Ini pertanyaan yang berat, aku malu mengakui bahwa aku masih memerlukan penghasilannya dan bekerja juga merupakan aktualisasi diriku bahwa aku mampu hidup mandiri. Aku menyadari bahwa imbalan menjadi ibu rumah tangga jauh lebih mulia, seperti senyum manis keluargaku ataupun jangka panjangnya mendapatkan pahala dan surga sepanjang dia menjalankannya dengan sepenuh hati dan ikhlas.
Disini aku tidak berniat membicarakan hal yang filosofis seperti membandingkan ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa berganti kegiatan sekali-kali, itu sangat mengasikkan. Seperti yang aku alami ini, biasa bekerja di luar rumah kemudian beganti dengan bekerja di rumah tangga, wow…kegiatan yang menantang…..
Gambar diambil dari http://gogreygirl.wordpress.com/2011/02/04/cartoons-art-computer-crashes/